Sukabumi.suara.com - Jefrey Lewis, penerbit pendiri ArmsControlWonk, blog pertama tentang pengendalian senjata, pelucutan senjata, dan non-proliferasi, bersikap skeptis terhadap kabar sistem pertahanan Patriot berhasil menembak jatuh rudal balistik hipersonik Kinzhal.
"Saya tidak yakin Ukraina benar-benar mencegat Kinzhal, dan secara statistik, satu pencegatan tidak terlalu banyak memberi tahu kita," kata Lewis kepada EurAsian Times.
Pada 4 Mei, sistem rudal anti-pesawat Patriot dikabarkan telah menembak jatuh rudal Kinzhal Rusia yang ditembakkan dari MiG-31K di atas wilayah Kyiv.
Dia menambahkan, agar lesas, PAC-3 mungkin telah mencegat Kinzhal tapi satu pukulan (atau meleset) tidak memberikan dasar statistik untuk menilai apakah pertahanan merupakan solusi hemat biaya untuk masalah Rusia yang menggunakan rudal balistik dan jelajah."
Soal penggunaan rudal Patriot oleh pasukan Ukraina, pensiunan Jenderal Mark Hertling, mantan komandan Angkatan Darat AS-Eropa mengatakan bahwa tidak bijaksana pakai persenjataan mahal dari sistem rudal Patriot untuk menembak jatuh setiap rudal yang diluncurkan Rusia di Ukraina.
"Ini bukan sistem yang akan mengejar drone yang lebih kecil atau rudal balistik," kata Hertling.
![Ukuran rudal Khinzal jauh lebih besar dibandingkan rudal yang diklaim Ukraina sebagai Kinzal telah ditembak jatuh oleh Patriot. [Twitter @yo2thok]](https://media.suara.com/suara-partners/sukabumi/thumbs/1200x675/2023/05/12/1-rudal-khinzal-twitter2.jpg)
Meskipun Patriot bisa mencegat drone, namun biayanya tak sepadan di mana satu rudal Patriot seharga USD3-5 juta untuk menembak jatuh drone yang harganya cuma USD20.000 atau rudal balistik yang dibeli Rusia yang harganya USD100.000.
Rudal balistik hipersonik Kinzhal Kh-47 atau Belati ditembakkan oleh pesawat tempur MiG-31 dan bisa mencapai kecepatan Mach 10 dan menempuh jarak antara 1.500 hingga 2.000 kilomenter sambil membawa muatan hulu ledak konvensional atau nuklir.
Rudal Kinzhal, dengan nama NATO "Killjoy", sangat cepat sehingga tekanan udara di depan senjata membentuk awan plasma saat bergerak, menyerap gelombang radio.
Baca Juga:Efek Adu Banteng, Kecelakaan 4 Kendaraan di Sukalarang Sukabumi
Hal itu membuat senjata hipersonik sangat sulit ditangkap pada sistem radar.
Selain itu, Kinzhal bisa bermanuver ke target yang dituju, tidak seperti rudal hipersonik lainnya.
Hal itu membuat Kinzhal sudah berada di dekat target saat sistem radar darat mendeteksinya.
Kinzhal yang diluncurkan dari jet tempur MiG-31K juga memberikan keuntungan rudal balistik ini bisa diluncurkan dari segala arah.
Sementara itu, akun Twitter @/yo2thok membandingkan ukuran rudal Kinzhal sesungguhnya ketika menyantel di pesawat tempur MiG-31K.
Ukuran rudal tersebut jauh lebih besar dibandingkan rudal yang diklaim Ukraina bahwa rudal yang berhasil ditembak adalah Kinzhal.