Pagi itu suara berbagai suara motor yang dipanaskan mulai memenuhi parkiran. Ada yang dipanaskan di atas mobil double cabin, pickup, truk, sampai dengan yang dibiarkan tetap hidup di depan tenda Tukang nasi uduk. Ratusan motor memenuhi lapangan itu, satu hal yang pasti seragam adalah ban tahu, minimal harganya dua kali lipat harga ban biasa yang bermerek sama. Motor-motor yang dikutuk dari beban dan medan biasa menjadi penjelajah daerah-daerah terjal dengan sejuta tantangan, bercampur dengan motor berdarah expatriat (orang asing) yang beli oli sampingnya saja setengah juta. Sungguh kegiatan main-main yang terlalu serius. Satu hal yang pasti, motor biasa brand lokal dengan mounting sekenanya tentu tidak minder bertemu dengan motor trail build up, pemilik tentunya bebas bercanda sambil diselingi minum kopi.
Tak lama kemudian, muncul seorang peserta dengan riasan merah menyala, memakai iket/totopong (kain penutup khas Sunda) suaranya cukup keras menyapa sambil bercanda. “Cepot kamana wae, event kamari asa teu katempo” tanya seorang peserta lain. Jerseynya sama menandakan yang tanya jawab adalah peserta, dia bertanya kenapa Cepot tidak datang dalam event yang diadakan sebelumnya. “Geus biasa Cepot mah loba nu kangen” jawabnya, Cepot sudah biasa banyak yang kangen. Karakter Cepot tidak asing di Indonesia, tidak hanya dikenal di kalangan orang Sunda. Dalam Pewayangan karakter Cepot sesuai dengan karakternya yang suka bercanda. Alih-alih memamerkan helm mahal dengan google mahal nan aman, Bah Iyus Jibril orang memanggilnya, lebih memilih bermake up karakter Cepot.
![Berfoto bersama si Cepot Iyus Jibril seusai kegiatan [Dok. Pribadi]](https://media.suara.com/suara-partners/sukabumi/thumbs/1200x675/2023/05/19/1-whatsapp-image-2023-05-14-at-155335.jpeg)
Bah Iyus pertama kali mengenakan kostum Cepot pada event Motocross yang di Cicadas Kecamatan Cikembar. Tujuannya adalah menghibur peserta yang lain. Ternyata kehadirannya mendapatkan tanggapan positif dari peserta dan panitia, suasana menjadi lebih segar dan berseni. Kostum yang dimilikinya secara pribadi, make up, baju pangsi dan iket dibelinya sendiri via online dengan persetujuan sang istri, sedangkan wig diperolehnya dari sumbangan orang lain yang menilai ada yang kurang dari penampilannya. Untuk penampilan saat kegiatan tersebut Bah Iyus memakai make up sendiri, dia mencari tempat yang sepi agar leluasa memakai kostumnya.
Tanggapan dari Panitia event-event Motocross berikutnya sering mengundang untuk ikut acara secara gratis karena dianggap meramaikan acara dan berkontribusi positif. Tanggapan keluarga pun sangat baik, pernah sampai dia membawa cucunya sendiri dan didandani memakai kostum cepot juga. Hal tersebut karena pihak panitia mengadakan kegiatan yang melibatkan anak-anak. Tidak hanya mencairkan dan menyegarkan suasana, Bah Iyus sering diajak berfoto bersama oleh peserta dan penonton kegiatan. Tidak jarang anak-anak meminta kepada orang tuanya untuk berfoto bersama. Apalagi saat Cucunya juga hadir dan berkostum yang sama.
Baca Juga:Jadwal Siaran Langsung Final Liga Europa 2022-2023: Sevilla vs AS Roma
![Bah Cepot Iyus Jibril bersama sang Cucu [Dok. Pribadi]](https://media.suara.com/suara-partners/sukabumi/thumbs/1200x675/2023/05/19/1-whatsapp-image-2023-05-19-at-100259.jpeg)
Ketika ditanya apakah kehadiran beliau dengan mempromosikan pelestarian budaya dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pariwisata, olahraga, dan budaya ini sudah mendapatkan perhatian khusus dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sukabumi. Bah Iyus menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada perhatian khusus. Pernah sekali dia diundang pada acara diskusi pelestarian budaya di Pendopo Cipetir Sukabumi mendapatkan apresiasi dari Jenderal Nyoman, bahwa yang dilakukannya sangat bagus dalam hal pelestarian budaya.
Tanggapan positif juga diberikan mantan Ketua MGMP Bahasa Sunda Kab. Sukabumi. Gusniawan, S.Pd yang akrab dipanggil Kang Ges. Memang sudah seharusnya berbagai kegiatan yang dilakukan di Jawa Barat terutama di Sukabumi menghadirkan ikon-ikon budaya yang ada di tanah Pasundan. Apa yang dilakukan Bah Jibril membantu mengenalkan dan menguatkan seni budaya, sehingga meringankan tugas Guru Bahasa Sunda dan Guru Seni Budaya. Semoga hal tersebut bisa lebih ditingkatkan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Sukabumi. Mengenalkan kebudayaan tidak hanya dengan mengadakan pasanggiri, Pemda Sukabumi kalau bisa Bupatinya sendiri mengapresiasi langsung apa yang dilakukan oleh Bah Iyus.

Wayang telah diakui oleh UNESCO sekitar tahun 2003, lembaga PBB yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan ini telah menetapkan wayang sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”. Diperkirakan wayang masuk ke Indonesia pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahuripan yang memerintah pada tahun 979 hingga 1012. Daerah yang saat ini dikenal sebagai Jawa Timur pada masanya sedang dalam masa keemasan. Beberapa karya sastra ditemukan pada abad ke-10 yang ditulis menggunakan bahasa jawa kawi atau kuno. Karya-karya tersebut diadaptasi dari kitab Mahabharata dan Ramayana dari India.
Wikipedia melansir Cepot atau Astrajingga adalah salah satu tokoh Wayang Golek dalam pewayangan Sunda. Cepot adalah karakter Punakawan wayang golek bersama Dawala dan Garéng, yang tidak ada dalam Mahabharata atau Ramayana asli. Cepot adalah salah satu putra Semar. Cepot adalah karakter pedesaan dari desa fiksi Tumaritis, di mana dia tinggal bersama ayahnya Semar dan dua saudara laki-lakinya, Petruk dan Dawala. Cepot humoris dan easy going, semua yang dikatakan Cepot cenderung lucu, dan tingkah Cepot banyak joke dagelan yang kebanyakan dilakukan bersama tokoh antagonis wayang goleknya. Cepot dalam wayang golek juga memiliki wajah lain yang tampan: Astrajingga, digambarkan dengan wajahnya yang lurus, rendah hati, tampan dan putih. Cepot adalah karakter favorit maestro wayang golek Sunda Indonesia Asep Sunandar Sunarya.

Baca Juga:Detail Aksi Korupsi Johnny G Plate Versi Mahfud: Bukan Pidana Biasa, Keluar Rp10 Triliun